Minggu, 09 Oktober 2011

BELATI KALAM PROFAN

Ditulis malam pertama pemusnahan total para oponen
para despot yang menahun bermimpi tentang dunia yang homogen
kami jawab tantangan gelap dengan hunusan kalam puputan
bagi para sponsor pembangunan altar detasemen dua angka delapan
dengan prosa yang bernafas dalam kubangan bangunan
yang kalian rancang di bawah barisan nisan yang kalian pancang
bagi para pagan yang mati menyusuri jalur ziarah
pada situs yang menampung gunungan pahala seamis darah
segelap pitam para penghuni neraka yang kalian ciptakan
bersama mimpi-mimpi buruk yang kalian kirim lewat tingkatan
kasta dan jurang pemisah yang kalian sebut takdir
yang aku sumpah semua meruntuh lebih cepat dari hitungan jam pasir
kalian citrakan kasir sebagai petanda datangnya surga dimuka bumi
berlindung di balik kosakata stabilitas dan konstitusi
belati para profan, dibawah serapahmu aku bersumpah
lebih baik kami mati terlupakan daripada selamanya dikenang orang karena menyerah

hunusan belati penasbihan penghabisan//

rima ini lupa berduka terluka sedemikian rupa
sehingga bernazar untuk hidup tanpa hamba dan paduka
murka tanah tua jawa yang membabi buta mencari ghurka
dari dupa kotak suara demokrasi dasamurka
karena rima ini adalah pusaka perusak tameng
para pengecut yang bersuaka dibalik rentetan angka dan pujian pada prasangka
aku adalah sumber petaka bagi semua tuhan dan iblis yang membendung dunia di atas undang-undang dan fakta.
bagi para arsitek dunia pasca keruntuhan
para idiot seperti Aidit, berkas bank yang kau audit,
invasi kultural MTV, dan Coca-cola
sejak mulut Faisol Reza sudah se-fasis pedang para GPK
dihadapan barisan nisan, ribuan tumpukan Big Mac
dan kontol intelejen perpanjangan tangan
neo-imperalis yang bersenjatakan pasar dan hutang
aku berdiri tegak dengan hunusan belati kalam profan penasbihan penghabisan
aku pemanen bernubuwat layak ribuan riff Azaghtot
bagi semua b-boy yang bersampah bacot
hingga hasratku berkarat, hingga hikayat kepalanku tamat
hingga kepala Siti Jenar berpulang pada para jasad
Marley, Malaka, Morrison , Thukul dan Sabate diatas horizon
kanon yang meluluhlantak semua antek panoptikon
rima ini bergerak dalam lamat, belatung pengerat
keyakinan para Lenin yang dilanda kemiskinan-kemiskinan filsafat

- Homicide

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Komunitas Warna Warni | Bloggerized by Otak Kiri - Otak Kiri