Senin, 07 November 2011

Kita Menjilat Tuhan

Subuh waktu itu, saat seorang pemuda memasuki masjid yang berada dalam komplek yang dikenal sangat menjunjung nilai2 Islam. Bajunya lumayan basah, karena memang cuaca sedang tidak bersahabat. Hujan deras mengguyur pinggiran jakarta sejak kedua jarum jam tepat menunjuk angka 12. keinginannya yang besar untuk berjamaah di Masjid setelah ia pulang bekerja di sebuah percetakan menguatkan tekadnya.

Pelan tapi pasti, kakinya melangkah ke tempat wudhu setelah dilepaskannya sepasang boots yang melindungi kakinya. Air wudhu dirasakan sejuk, mengalir di pori2 wajahnya. Membersihkan noda yang tampak. Agak lama ia membersihkan rambut panjangnya yang kaku,karena ia ingin rambut itu menjadi rapi saat dihadapankannya wajahnya kepada Tuhan yang telah menciptakannya.

Banyak mata memandang saat itu, tapi ia tidak peduli. Karena memang ia hanya ingin menghadap Tuhannya, menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim. Mata-mata itu memandang tajam, seakan tak percaya, mungkin dalam pikir mereka, pemuda tersebut sedang mengincar suatu barang berharga, kotak amal masjid misalnya. Tapi ia tetap tak peduli. Tuhannya lah tujuannya, bukan penilaian orang lain.

Selesai berwudhu, dengan perlahan ia masuk ke dalam masjid, mengeluarkan sarung untuk dikenakannya, sarung yang berfungsi menutupi celananya yang sobek dimana-mana, ia tau, paha yang terlihat adalah aurat bagi seorang lekaki muslim. dipakainya juga jaket kulit hitam karena memang saat itu ia hanya mengenakan kaos oblong yang dipotong pergelangan lengannya, Kaos buntung, demikian orang menyebutnya.

Iqamah sudah berkumandang, tanda sholat akan segera dimulai. Tapi sang imam, tidak juga memulai, bahkan sejak ia selesai merapatkan barisan jamaahnya. Mata sang imam tajam menatap sang pemuda, si pemuda memang tidak memperhatikan sehingga dia tidak tau dirinya sedang menjadi perhatian sang imam. Suara sang imam yang pelan, akhirnya menyadarkannya. Suara sang imam penuh kelembutan, nadanya ringan, tapi begitu dalam, hingga menyentuh dasar hati setiap orang yang mungkin mendengarkannya.

"mas, kalo mau sholat mbok ya yang rapi, jangan pakai jaket hitam gambar2 tengkorak seperti itu, apalagi duri2 di jaketnya. Mas kan muslim, masa mau bernampilan ala pemuda Yahudi ? Masa mas tidak malu menghadap Tuhan dengan pakaian seperti itu"

Dengan ekor matanya, si pemuda melihat banyak jamaah menganggukan kepalanya. Hatinya ngilu.apalagi sempat ia mendengar seorang ayah berbicara lirih kepada anaknya, "nak, besar nanti jangan seperti om itu ya, berandal"

Tapi ia berlalu, tak jadi sholat. dan melangkahkan kakinya menuju keluar masjid. Di pelataran, ia sholat sendirian, dan cepat berlalu ketika ia selesai sholat.

Dalam hatinya ia berkata, Inikah orang2 yang terdidik dalam lingkungan agama, dimana keseharian mereka diisi oleh ilmu. sering juga ia dengar ceramah2 sang imam dari pengeras suara tentang perintah2 dan perbuatan baik yang harus dilakukan seorang muslim. "inikah perbuatan baik yang dimaksud?" Hatinya kecut menjawab, semoga tidak. Mereka hanya sedang menjilat Tuhan dengan  cara berpikirnya.


*kisah ini nyata, terjadi sekitar beberapa tahun yang lalu.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Komunitas Warna Warni | Bloggerized by Otak Kiri - Otak Kiri